Search Engine Submission - AddMe

Free SEO Tools

Pasir Besi Diantara Pesona Pesisir Jabar Selatan ~ TEGALBULEUD

24 Juli 2013

Pasir Besi Diantara Pesona Pesisir Jabar Selatan

Ada tugas khusus untuk meninjau rencana lokasi pembangunan terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS) bagi industri pasir besi di Kecamatan Tegalbuleud, Sukabumi. Kami berangkat dari Bandung pukul 11 siang. Panas terik terasa menyengat siang itu, posisi AC di level tertinggi pun masih terasa panas. Untung kondisi jalan Bandung-Cianjur-Sukabumi lancar . Lewat Cianjur , perut pun mulai teriak ingin diisi, dan pilihan paling pas adalah ‘kulit’. Warung nasi kulit ‘Sunda Rasa’ terletak di jalan Warung Kondang 65, Cianjur , sudah dekat wilayah Sukabumi. Menu utama andalannya adalah kulit sapi ( digulai ) plus sambal pedas, huihh mantapp…..siang – siang panas, campur gurih dan pedas, nikmat lah. Puas dan kenyang, kami meneruskan perjalanan ke Tegalbuleud via Segaranten, sekalian mencoba jalan lingkar Sukabumi yang baru. Kondisi jalan yang belum bagus dan berkelak kelok ternyata membuat perut yang kenyang sedikit berontak. Sampai Tegalbuleud, ternyata sudah agak gelap, pesisir pantai yang mau dilihat pun…. kok gelap juga, akhirnya diputuskan untuk mencari penginapan di Surade atau Ujung Genteng. Jam 8 malam, baru dapat penginapan di daerah Ujung Genteng, namanya Villa Amanda Ratu. Mandi, langsung tiduran……Leep.
Pagi datang. Villa Amanda Ratu ternyata keren juga, dan masih asri , terletak di tengah – tengah perkebunan kelapa, di tepi pantai dan ujung muara sungai, wow….. pemandangan estuari dan laut lepasnya tampak begitu indah. Semalem tidak terlihat, maklum sudah mabok darat, sehingga tidak ingat kanan kiri. Saya pun menikmati pagi berkeliling kawasan villa. Ngobrol sebentar dengan bapak pemanjat kelapa, hebat juga si bapak, ternyata masih mampu manjat kelapa 80 hingga 90 pohon per hari, untuk memanen legen. Tiap pohon kelapa rata – rata mampu menghasilkan 3 liter legen sebagai bahan baku gula kelapa.
Saat masuk wilayah kecamatan Tegalbuleud, bangunan industri pengolahan pasir besi sudah tampak dari jalan. Direktur perusahaan sudah menunggu di lokasi ( nama usaha dan orangnya tidak usah disebut ya ) begitu kami masuk pintu gerbang pabrik. Pabrik belum beroperasi, beberapa mesin dan peralatan masih di pack dan tergeletak, katanya baru datang dari Tanjung Priok. Pas tiba di lokasi, saya sudah menduga kalau lokasinya pasti di daerah sempadan pantai, soalnya jarak ke pantai terlihat sangat dekat. Izin penambangan pasir besi dan izin operasional pabrik nya sudah diterbitkan oleh Kabupaten Sukabumi (Kok bisa ya ??? ). Nah, sekarang si pemilik pabrik mau mengajukan izin untuk pembangunan Terminal (pelabuhan bongkar muat ) untuk transport pelet besi ( hasil pengolahan pasir besi ) ke luar Jawa Barat, katanya untuk ekspor ke China. Dermaga pelabuhan yang akan dibuat terletak di dekat pabrik, menjorok ke laut sekitar 700 m. Kapasitas produksi nya mencapai 1500 ton per hari, atau perlu 2 kapal pengangkut per bulannya. Pasir besi yang membentang sepanjang pantai Tegalbuleud, sampai muara sungai Cikaso, atau seluas 756 ha, mengandung 18 % Fe. Setelah melalui proses separasi dan pembakaran menghasilkan pelet ( kaya butiran kelereng ) dengan kandungan 60% Fe.
Katanya izin penambangan pasir besi yang diperoleh terletak di luar garis sempadan pantai 100 m. Saya iseng untuk mengukurnya dengan langkah kaki, wah…… ternyata kalau ditarik dari garis sempadan pantai ( batas pasang tertinggi ke arah darat ) hampir seluruh lokasi pasir besi plus pabriknya masih di garis sempadan pantai ( kumaha…..nu mengeluarkan izin teh ???? ), seharusnya batas penambangannya diberi tanda di lapangan. Kalau tidak ada, ya ……. Berabe!. Pas mau pulang, mobil sempat mogok karena akinya tekor, sehingga harus didorong,…..memalukan.
Sambil menyusur pantai, sambil merenung, membayangkan pesisir selatan dengan pantainya yang indah, dan memiliki pesona khas daerah selatan, ombak besar, sebagian curam, masih cukup asli dan belum banyak terjamah pembangunan, potensi perikanan yang tinggi, beberapa perkebunan dan hutan di sepanjang pantai. Pesona Jabsel yang menawan baru dapat dilihat oleh segelintir orang, jarak yang relative jauh dari Bandung dan Jakarta, ditambah kondisi jalan yang kurang baik, membuat orang enggan untuk menyambanginya, barangkali hanya orang orang yang punya minat khusus saja atau tugas seperti saya, yang datang. Ruas Tegalbuleud, Cibuni, hingga Agrabinta ternyata jalannya masih jelek, namun ada kemajuan dibandingkan 2 tahun lalu, minimal tidak off road sepanjang jalan. Beberapa tempat sudah di beton, dan diperhalus, namun relative masih sedikit. Kondisi sampai ke Cidaun tidak jauh berbeda. Dampaknya, dalam waktu 5 jam, badan jadi cepat penat dan lapar…….. Di Cidaun, ada sate enak lho, boleh dicicip kalau kesana, sate sapi model polos ala maranggi tanpa bumbu kacang. Letaknya pas di persimpangan jalan menuju Cidaun – Bandung – Sindangbarang.
Mulai simpang Cidaun – Jayanti – Sindangbarang – ke Rancabuaya jalan lebih baik, bahkan mobil bisa dipacu hingga 60 km/jam. Jembatan – jembatan penghubung sudah berdiri kokoh menghubungkan wilayah pesisir selatan Cianjur, Garut, Tasikmalaya, hingga Ciamis.
Sungguh sayang bila jalan yang sudah bagus tersebut, harus cepat rusak akibat beban truk-truk pengangkut pasir besi di sepanjang titik penambangan mulai Tegalbuleud, Sindangbarang, dan Cipatujah. Seminggu yang lalu di Koran PR, muncul berita masyarakat menolak aktivitas penambangan pasir besi di Cipatujah, pesisir selatan Tasikmalaya, karena merusak lingkungan dan jalan, tapi ada juga yang pro ? tahun lalu hal serupa muncul di Sindang Barang, karena saya sempat bersama – sama LSM setempat melihatnya. Kenapa ya, kok belum ada yang meng-ekspose perhitungan nilai ekonomi pasir besir besi versus manfaat/kerusakan lingkungannya (valuasi ekonomi ) ? Trus hasil ekonominya, penikmat terbesarnya siapa ? Wong buat ekspor ke China. Sejauhmana dikembalikan untuk perbaikan lingkungan ? Sudah di demo, diprotes, dilarang, kok masih tetap jalan terus penambangannya ? Lha, untuk yang punya izin, kok bisa begitu mudah ya dapat izin ? …… Siapa mau jawab !!!!!
Saya masih mencoba memahami rencana bikin terminal khusus/ pelabuhanpasir besi tersebut. Di satu sisi memang membantu transportasi, dan tidak akan merusak jalan darat. Tapi di sisi lain, kalau ada terminal berarti mendorong intensifnya penambangan pasir besi dan mendukung izin yang sudah dikeluarkan. Lalu dampak terhadap ekosistem pesisir ? Jaminan reklamasinya ? Pengendalian pemanfaatan kawasan lindung ( sempadan pantai ) ? Rumit juga.
Waktu menjelang maghrib, ketika kami berhenti untuk sholat di sebuah masjid di pantai Rancabuaya. Air wudlu yang bening dan dingin membasahi muka dan kepala, menghilangkan letih dan penat yang terasa. Sunset muncul begitu menawan, menghantarkan kami pulang melalui jalur Pameungpeuk-Garut menuju Bandung.

by
About these ads

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More